Friday, February 7, 2014

Back in Phuket - day 2 : Patong Beach - Banzaan Market - Jungceylon - Bangla

28 November 2013. Hari kedua kami di Phuket.

Sengaja kami tidak bangun terlalu pagi hari itu setelah semalam kami baru tidur sekitar jam 1 dini hari. Setelah kami semua selesai dengan ritual pagi hari, kami menuju ke kantor SOM untuk membuat kopi (kopi, teh dan air panas disediakan gratis untuk tamu guesthouse, namun kita harus membayar untuk kopi yang harus diproses dengan coffee machine).

Sambil bersantai menikmati pagi dan kopi panas, kami memesan paket tur ke Racha island untuk besok pagi. Total yang harus dibayar untuk masing-masing orang adalah thb 1,400 termasuk transportasi antar jemput, makan siang, alat snorkel dll - lebih jelasnya dibahas di hari ketiga ya :)

Urusan tur besok beres, mulailah petualangan kita pagi itu. Rencananya kami mau brunch di Banzaan Market. Perjalanan ke sana kita tempuh dengan jalan kaki karena dari guesthouse kita ke Banzaan hanya sekitar 15 menit jalan santai. Di jalan kami menikmati suasana pagi Patong yang belum terlalu ramai sambil mampir ke Sevel untuk membeli thai tea. Sengaja saya mengambil rute yang melalui pantai Patong meskipun lebih jauh.

Karena memang tidak ada rencana untuk berenang / berjemur di pantai hari itu, kami cuma berjalan-jalan menyusuri pantai sambil foto - foto. Kursi-kursi pantai yang biasanya berjajar rapi di pantai, pagi itu belum terlihat. Hanya terlihat beberapa turis asing yang sedang foto-foto, berenang dan bahkan ada yang bermain lempar tangkap bola di laut. Cuaca hari itu berubah-ubah, kadang tiba-tiba hujan gerimis yang berlangsung sekitar setengah jam dan kemudian cuaca bisa kembali panas terik sebelum gerimis kembali datang.


Patong beach di pagi hari


 Banzaan market sudah terlihat di depan mata tapi kami harus hati-hati untuk mencapainya karena jalanan di depan Banzaan sedang diperbaiki. Dan karena sempat gerimis, jalanan menjadi becek dan licin. 


Melewati Bangla Boxing Stadion


Tiger bar di seberang Banzaan market

Akhirnya dengan penuh perjuangan :D sampailah kita di Banzaan market. Kami semua mengagumi kebersihan pasarnya, buah, sayuran dan hasil lautnya yang segar-segar. Sambil berjalan di koridor pasarnya, kadang kami berhenti untuk mengambil foto atau membeli snack yang banyak dijual di sana.


Banzaan Market

Stand khusus sayuran


Berbagai macam sosis dan baso ikan


Stand khusus bunga


Close up beberapa jenis bunga yang dijual di Banzaan


Calon pembeli sedang memilih bunga

Di lantai satu Banzaan ini kami membeli kailan, udang dan kerang yang selanjutnya kami bawa ke lantai dua. Di lantai dua inilah terdapat meja-meja seperti di foodcourt dan beberapa stand yang siap memasakkan bahan-bahan yang telah kami beli sebelumnya.

Caranya cukup membawa sayur dan seafood yang masih segar tadi ke salah satu stand (kita pilih stand yang paling ramai), memilih menu dari buku menu yang telah disediakan. Untuk kailan kita pilih masakan kailan dengan bawang putih, kerang dimasak bumbu kari dan daun mint, udang dimasak kari. Tidak lupa, kami juga memesan nasi putih. Kita cukup membayar harga nasi putihnya dan biaya masak yang telah dicantumkan di menu. Dan beginilah penampakan masakan yang sudah jadi :


kailan cah bawang putih


udang masak kari pedas


kerang hijau masak kari dan daun mint

Setelah perut kenyang, kami keluar dari Banzaan menuju Jungceylon, satu-satu nya mall di Patong. Dari Banzaan kami hanya tinggal menyebrang jalan, dan sampailah kita di pintu belakang Jungceylon.


Salah satu sudut di pintu masuk Jungceylon


Stand penjual kerajinan tangan made in Thailand

Kami menghabiskan waktu sampai malam di dalam mall dan mampir sebentar ke Bangla dalam perjalanan pulang ke SOM. 

Dan berakhirlah hari kedua kami di Phuket.



























Wednesday, December 11, 2013

Back in Phuket - day 1 : From Jakarta to Phuket

Well, setelah trip pertama saya ke Phuket bulan November 2010, tahun ini - 2013 -  di bulan yang sama, saya mengunjungi Phuket lagi untuk yang kedua kalinya. Di trip kali ini, selain hubby, saya juga mengajak sepupu dan tante saya. 

Tiket sudah dibeli beberapa bulan sebelumnya waktu ada promo dari Airasia. Untuk berdua, total tiket beserta bagasi masing-masing 15 kg (yang selanjutnya di-upgrade oleh AA menjadi 20 kg) adalah Rp. 3,372,000; pp. 

Perjalanan dimulai dari ruang tunggu AA di terminal 3, Soetta. Setelah menunggu di sana beberapa saat, ada pengumuman bahwa pesawat AA tujuan Phuket di-delay 25 menit karena ada keterlambatan pesawat dari Yogyakarta. Jadi proses menunggu boarding berlanjut...

Setelah akhirnya kami boarding, duduk manis di dalam pesawat, pilot kembali mengumumkan bahwa mereka sedang menunggu ijin terbang dikarenakan padatnya lalu lintas terminal 3 malam itu. Dan proses ground clearance nya itu diperkirakan sampai 25 menit. Hmm... ada apa dengan angka 25 hari ini??

Jadi setelah total delay selama hampir satu jam, terbanglah kita menuju Phuket. Saya sudah memperkirakan akan ada turbulence yang cukup besar saat pesawat mendekati Phuket. Ternyata, turbulence nya biasa-biasa saja, tidak sebesar yang saya perkirakan ^^

Kami pun mendarat di bandara Phuket tepat 2 jam 55 menit kemudian. Setelah diperbolehkan keluar dari pesawat, kami langsung menuju ke imigrasi dan selanjutnya ke tempat pengambilan bagasi. Setelah itu kami menuju ke counter pembagian simcard gratis di bandara dari salah satu provider di Phuket. Maksud hati ingin sekalian beli paket untuk blackberry dan smartphone. Ternyata oh ternyata, mereka tidak menyediakan paket untuk blackberry lagi karena, alasannya, blackberry sudah tidak populer di Thailand. 

Hmm..jadi saya hanya meminta 1 simcard gratis dari mereka untuk smartphone hubby. Untuk pulsa dan paketnya, saya berpikir untuk beli Sevel saja setelah sampai di Patong.

Setibanya di luar bandara, tanpa pakai lama, saya menemukan nama saya di selembar kertas yang dipegang oleh sopir jemputan kami. Saya memang sudah memesan aiport pick up untuk kami sejak masih di Indonesia. Alasannya karena kami tiba di Phuket malam hari dan kami berempat ditambah 4 koper besar. Seandainya naik taxi, pasti harus dengan 2 taxi, yang pasti jatuhnya lebih mahal.

Airport pick up saya pesan dari tempat menginap saya di Patong, SOM guesthouse, seharga  thb 900 (mobilnya sejenis suv). Setelah kurang lebih 1 jam dari bandara Phuket, sampailah kami di SOM guesthouse. Mary, pemilik SOM, menyambut kami dengan ramahnya. How nice to be in this place again :) Kami membayar total biaya airport pick up, yang thb 900 tadi, ditambah biaya menginap di sana sejumlah thb 6,200, ditambah lagi thb 500 untuk deposit yang akan dikembalikan setelah kami check out.

Setelah itu Mary mengantarkan kami ke kamar kami masing-masing serta menunjukkan bagaimana cara menggunakan safe deposit dll. Saat di Indonesia, saya memesan 2 kamar untuk kami : 1 kamar double bed plus 1 kamar twin bed, ternyata kami diberikan tipe kamar yang sama, yang berisi 1 double bed + 1 single bed. Nice :)

Urusan beres-beres selesai, kami keluar guesthouse dengan maksud untuk mencari makanan. Biasa banyak sekali penjual makanan di sekitar guesthouse. Tapi karena saat itu sudah sekitar pukul 23.00, hanya ada satu - dua penjual makanan yang masih buka.

Kami pun memilih untuk makan di salah satu tempat makan di pinggir jalan Rat-u-thit, yang berada dekat mall Jungceylon. Gerimis turun lagi saat kami berjalan pulang ke guesthouse. Cukup petualangan hari ini, waktunya istirahat. Tiduuuurrr....

Foto-foto di bawah ini diambil pada pagi hari di hari kedua :



deretan penginapan dengan warna-warna neon :)



SOM guesthouse - gedung utama



pintu masuk di sebelah kiri adalah pintu masuk ke kantor SOM / Devils Divers, pintu sebelah kanan menuju kamar-kamar



guesthouse kami terletak di gang yang bersebelahan dengan Tune hotel

Thursday, September 19, 2013

Makassar, I'm in Love



Baru pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota Makassar. Ternyata Makassar tidak sekecil yang selama ini saya kira. Kotanya nyaman untuk ditinggali, kulinernya enak-enak, jalanan kadang macet tapi tidak sesering dan semacet di Jakarta, kehidupan malam ada, pantai juga ada.

Berjalan menyusuri kawasan pantai Losari saat malam hari mengingatkan saya akan pantai di Ancol. Bedanya, akses ke pantai Losari gratis untuk semua orang yang ingin sekedar duduk-duduk, ngobrol dan menikmati suasana pantai dan angin lautnya.

Karena waktu saya di sana singkat, tidak semua tempat wisata, seperti Trans studio dan Fort Rotterdam, bisa saya datangi. Sepertinya saya harus kembali ke kota Makassar suatu saat nanti :)

Ini oleh-oleh dari Makassar :



Masjid terapung di pantai Losari saat sunset




Senja di Losari




Es Palu butung di Rumah Makan Muda Mudi




Roti bakar kaya, es kopi dan jus markisa ala Phoenam Coffee Shop




Phoenam Coffee Shop - salah satu 'warung' kopi di Makassar



Popsa - dermaga kapal untuk menuju ke Pulau samalona



Welcome to Samalona island - Makassar




Sisi lain pulau Samalona





Air yang bening di Samalona


Notes :

* Grand Celino Hotel : tempat saya menginap selama di Makassar. Lokasi sekitar 30 menit dari bandara Sultan Hasanuddin dengan mobil, di seberang Mall Ratu Indah. Kondisi hotel bersih, minimalis, wifi gratis, makan pagi cukup enak dan bervariasi. Sayangnya, AC kamar kurang dingin dan sepertinya pihak resepsionis agak kewalahan menangani tamu dalam jumlah besar. Saya baru bisa check-in sekitar pukul 4.30 pm karena harus menunggu kamar selesai dibersihkan.

* Penerbangan dari Jakarta - Makassar ditempuh sekitar 3 jam. Waktu itu saya terbang dengan AirAsia, yang tiketnya saya dapat saat promo, kurang lebih Rp. 350.000; pulang pergi. Karena dari Makassar - Jakarta ada delay lebih dari 4 jam, saya dapat nasi box + air mineral + voucher delay dari AirAsia sebesar Rp. 300.000; yang ditransfer ke rekening saya sekitar 2 minggu kemudian :)

* Pulau di Makassar yang sempat saya kunjungi adalah pulau Samalona. Untuk menuju ke sana, kita bisa menyewa kapal nelayan atau speedboat di dermaga Popsa, yang letaknya persis di seberang Fort Rotterdam. Dengan speedboat, perjalanan hanya ditempuh sekitar 15 menit. Biayanya? Saya kurang tahu karena waktu itu saya dibayarin ^^

* Beberapa kuliner Makassar yang 'harus' dicoba : coto makassar, sop konro, pallubasa, es palu butung, es pisang hijau, pisang epe, jalangkote dan makanan lautnya alias seafood :)
















































Wednesday, December 7, 2011

Bubur Bun Ong

Malam - malam kelaparan, di rumah lagi ga ada makanan. Mau ke Mal, pasti sudah pada tutup. Cari warteg dekat rumah, sudah pada tutup juga.

Tiba - tiba kepikiran Bun Ong yang buka 24 jam dan lokasinya juga ga jauh dari rumah. Meluncurlah aku, hubby dan seorang teman, yang kebetulan lagi pengen banget makan nasi campur, ke sana.

Aku dan hubby sudah sering makan bubur atau nasi campur di sana. Harganya cukup mahal tapi rasanya cocok di lidah kita berdua. Aku saja yang biasanya ga doyan makan bubur, suka banget makan buburnya Bun Ong. 

Seperti biasanya, kita memesan seporsi bubur polos dan seporsi daging campur, yang isinya telur, chasio, siobak dan daging ayam. Buburnya kita bagi dua, untuk aku dan hubby, karena isi satu porsinya cukup banyak untuk dimakan sendiri. Sedangkan teman kita memesan nasi campur.


Ini nih foto fotonya :


Daftar menu Bun Ong


Daging campur


Bubur polos



Tuesday, November 15, 2011

Kampung Medan Food Fest

Bermula dari ajakan hubby ke Pluit Village mall di Jakarta Utara. Dia bilang, di sana sedang ada food festival dan Sate Pak Kempleng ikutan buka stand di sana. Ternyata dia ingat kalau aku suka banget makan Sate Pak Kempleng. Hanya saja, biasanya kita makan di Sate Pak Kempleng 1 yang terletak di Ungaran. Cari - cari cabangnya di Jakarta, kok sepertinya ga ada.

Karena itu, aku dan hubby pun meluncur ke Pluit Village untuk makan sate dan melihat seperti apa sih food festival di sana.

Gerbang masuk ke Food Fest

Ternyata itu adalah Kampung Medan Food Fest yang diadakan di Pluit Village mulai dari 28 oktober - 31 desember 2011 dan hanya buka dari sore sampai malam hari.

Suasananya sih boleh, stand - stand diletakkan di pinggiran sungai kecil Pluit Village dan dimeriahkan dengan lampu - lampu kecil yang bergantungan seperti anggur :)

Suasana malam di Food Fest

Makanan yang dijual pun cukup banyak macamnya, mulai dari cakwe, mie, sate, nasi campur, es putar, sampai ketoprak cirebon. Sempat mau coba beli es putarnya yang dijepit dengan roti tawar, tapi harganya Rp. 18.000;. Harga segitu hanya untuk es putar...mmm....better not!

O iya, untuk makan di sini, kita harus membeli voucher di kasir terlebih dahulu, jadi saat kita memesan makanan, bayarnya pakai voucher bukannya cash. Kalau kita sudah kenyang dan voucher nya masih sisa, bisa ditukarkan lagi di kasirnya, tapi hanya berlaku untuk hari yang sama.

Setelah berkeliling, aku mampir juga ke stand Sate Pak Kempleng. Satu porsinya terdiri dari sepuluh tusuk sate dengan harga Rp. 30.000;. Untuk satenya ternyata kita bisa pilih sate sapi atau ayam. Karena yang terkenal dari Pak Kempleng adalah sate sapi nya dan itu juga yang biasa aku makan di Ungaran, aku pun memesan satu porsi sate sapi dengan dua porsi nasi putih. Totalnya seharga Rp. 36.000;.

Tidak perlu menunggu lama, pesanan kita pun datang. Ternyata sate Pak Kempleng di sini ga semenarik 'saudaranya' di Ungaran. Sate di sini lebih kecil dan sudah dicampur langsung dengan bumbu kacang dan kecap. Nasi nya pun porsinya kecil sekali! Menurutku, cukup mahal dengan harga segitu. Tapi ya sudah lah, rasanya juga cukup oke kok, meskipun tetap ga seenak yang di Ungaran.


Sate Pak Kempleng di Kampung Medan Food Fest

Sambil makan, kita menonton serombongan ibu - ibu yang sedang menari di depan panggung dengan diiringi musik. Buat mereka, event Food Fest ini sepertinya menjadi ajang untuk kumpul - kumpul bersama keluarga dan teman - teman.


Dance till you drop :)


Salah satu sudut di Food Fest Pluit Village

Sebelum pulang, ga lupa kita menukarkan sisa voucher yang masih kita punya. Untuk yang mau coba makan di sini, buruan saja sebelum event nya berakhir. Tapi ternyata ga cuma aku yang bilang kalau harga makanan di sini cukup mahal. But better go and check it out by yourself :)








Breakfast at Old Town White Coffee

Ini yang kedua kalinya untuk aku dan hubby makan di Old Town White Coffee. Pertama kali ke sana, kita hanya mencoba white coffee dan roti kaya and butter toast nya. Ternyata enak! :)

Jadi kemarin kita kembali ke sana untuk makan pagi. Kebetulan, kita sampai di Emporium mall sekitar pukul 09.30. Masih sedikit sekali tempat makan yang buka di sana, bahkan eskalator pun masih banyak yang belum difungsikan. Untungnya, Old Town White Coffee sudah buka.




Untuk breakfast kali ini, kita memilih dua dari lima paket breakfast yang ada. Untuk hubby, paket My Breakfast 1, yang berisi single kaya and butter toast + black tea (Rp. 12.500;) dan untuk aku, paket My Breakfast 2, yang isinya nasi lemak bungkus + black tea, seharga Rp. 17.500;. Tapi kemudian aku mengganti black tea ku dengan white coffee, dengan biaya tambahan, kalau ga salah ingat Rp. 3000;.


White Coffee


Paket My Breakfast 1


Nasi lemak bungkus


White coffee and black tea

Roti kaya nya sudah ga diragukan lagi, pasti enak! Apalagi dengan tambahan potongan butter di dalamnya. Untuk nasi lemaknya, mmm...tadinya aku sempat ragu karena melihat kemasannya yang seperti nasi uduk biasa, dibungkus daun. Tapi begitu dibuka, langsung tercium aromanya. Meskipun lauknya hanya berupa ikan teri dan kacang, tapi rasanya enak banget! Nasinya wangi, gurih dan meskipun cuma satu bungkus, tapi cukup mengenyangkan buat aku. Mau deh makan di sana lagi :)



Thursday, November 10, 2011

Jalan - Jalan Pagi

Salah satu aktivitas yang aku suka selama di Magelang adalah jalan - jalan pagi. Kadang aku dan hubby hanya berjalan - jalan di dalam kota sambil menikmati suasana pagi Magelang yang sejuk dan sepi. Tapi ada satu waktu di mana kita ingin keluar dari kota dan mencari suasana lain yang lebih alami.

Untungnya suasana alami khas pedesaan masih mudah kami temukan di sekitar kota Magelang. Tidak hanya badan yang bugar, mata pun dimanjakan dengan pemandangan alam yang luar biasa. Di samping itu, keramahan masyarakatnya juga menghangatkan hati.













Di atas, adalah foto - foto saat kita berjalan - jalan ke sebuah desa yang terkenal akan produksi slondok nya. Slondok adalah sejenis makanan seperti keripik yang terbuat dari singkong. Slondok yang aku tahu, biasanya berbentuk panjang dan teksturnya agak tebal, tapi slondok dari desa ini bentuknya bulat dan lebih tipis. Hanya ada dua macam rasa, yaitu pedas dan gurih.

Sedangkan di bawah ini adalah foto - foto dari beberapa desa lainnya yang masih terletak di seputaran Magelang.